Tujuan
Umum
Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Para ahli bahasa mulai sadar bahwa pengkajian bahasa tanpa mengaitkannya dengan masyarakat akan mengesampingkan beberapa aspek penting dan menarik, bahkan mungkin menyempitkan pandangan terhadap disiplin bahasa itu sendiri.
Garvin dan
Mathiot (1968) merumuskan tiga ciri sikap bahasa yaitu:
- Kesetiaan
Bahasa (Language Loyalty) yang mendorong masyarakat suatu bahasa
mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa
lain.
- Kebanggaan
Bahasa (Language Pride) yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan
menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat.
- Kesadaran
adanya norma bahasa (Awareness Of The Norm) yang mendorong orang
menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan
bahasa (language use).
Ketiga ciri
yang dikemukakan Garvin dan Mathiot tersebut merupakan ciri-ciri sikap positif
terhadap bahasa. Sikap positif yaitu sikap antusiasme terhadap penggunaan
bahasanya (bahasa yang digunakan oleh kelompoknya/masyarakat tutur dimana dia
berada). Sebaliknya jika ciri-ciri itu sudah menghilang atau melemah dari diri
seseorang atau dari diri sekelompok orang anggota masyarakat tutur, maka
berarti sikap negatif terhadap suatu bahasa telah melanda diri atau kelompok
orang itu.
Sikap negatif
terhadap bahasa dapat juga terjadi bila orang atau sekelompok orang tidak
mempunyai lagi rasa bangga terhadap bahasanya, dan mengalihkannya kepada bahasa
lain yang bukan miliknya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu antara lain: faktor politis, faktor etnis, ras, gengsi, menganggap bahasa
tersebut terlalu rumit atau susah dan sebagainya. Sebagai contoh yaitu
penggunaan bahasa Jawa di lingkungan masyarakat Jawa. Dewasa ini penggunaan
bahasa sunda dikalangan masyarakat sunda sendiri dirasa kurang begitu antusias. Hal ini merupakan
tanda-tanda mulai munculnya sikap yang kurang positif terhadap bahasa tersebut.
Bahasa-bahasa daerah terkadang dianggap sebagai bahasa yang kurang fleksibel
dan kurang mengikuti perkembangan jaman.
Jadi,
diperlukan kesadaran dari diri sendiri untuk bangga dan menghargai Bahasa
Indonesia atau bahasa daerah agar bahasa yang kita gunakan keseharian tidak
hilang begitu saja dikarenakan makin besarnya pengaruh budaya barat di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar